b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Mati Suri Dilihat dari Sisi Medis, Psikologis dan Spiritual




Mati suri kadang didefinisikan sebagai keadaan seperti mimpi dan pengalaman mengganggu yang berasosiasi dengan penggunaan obat-obatan. Perasaan sadar terpisah dari tubuh sering dirujuk sebagai pengalaman keluar tubuh.
Sampai saat ini pengalaman mati suri masih menjadi misteri bagi beberapa orang, karena terkadang sulit diterima oleh akal sehat. Lalu bagaimana misteri mati suri ini jika dilihat dari sisi medis, psikologis dan spiritual?

Analisa Medis
Saat membicarakan mati suri, biasanya sulit untuk lepas dari nuansa mistis dan spiritual. Meski begitu, kondisi yang sering disebut dengan istilah Near Death Experience ini juga bisa dijelaskan secara ilmiah dengan ilmu kedokteran.
“Secara medis kita belum jelas betul seperti apa prosesnya dan apa yang terjadi masih belum tahu,” ujar dr Manfaluthy Hakim, SpS dari departemen neurologi FKUI.
dr Manfaluthy menuturkan untuk menentukan kematian perlu menilai dari denyut jantung dan pembuluh darah serta fungsi otak. Secara fisik tidak adanya reaksi pupil terhadap sinar, karena kalau sudah mengalami mati otak maka reaksi pupilnya negatif, pupil akan melebar dan saat diberi sinar tidak bereaksi.
“Pada orang mati suri kemungkinan belum mati otak, tapi henti jantung. Peredaran darah berhenti tapi otaknya masih berfungsi. Nah, kenapa masih berfungsi saya tidak tahu,” ujar dokter yang berpraktik di RSCM dan RS Medistra.
dr Manfaluthy menjelaskan seharusnya jika otak kekurangan oksigen 3 menit saja maka bisa terjadi kerusakan permanen di otak. Namun nyatanya pada orang dengan mati suri kondisi ini bisa kembali lagi ke normal, denyut jantung ada lagi dan tidak mengalami kerusakan otak.
Sementara menurut Kepala Departemen Bedah Saraf RS Mayapada Tangerang, Dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, mati suri dalam dunia kedokteran adalah istilah untuk kondisi seperti mati yang belum benar-benar mati. Aktivitas sel-sel tubuh dan bahkan organ sebenarnya masih ada, tetapi sangat minimal.
“Jadi kalau kondisinya naik sedikit atau membaik lagi, ya hidup lagi. Itu sebenarnya seperti tidur yang sangat dalam sampai detak jantungnya pun hampir tidak terdeteksi,” kata Dr Roslan saat dihubungi detikHealth.
Dalam keadaan mati suri, seseorang menurut Dr Roslan masih memiliki aktivitas di tingkat sel meski sangat minimal dan tidak terdeteksi secara kasat mata. Paling tidak, bagian paling keramat dalam tubuh manusia yakni batang otak masih aktif dalam kondisi ini.
Aktivitas batang otak dalam kondisi mati suri bisa diamati dengan Electroencephalography (EEG). Meski denyut jantung tidak teraba dan nafasnya sudah berhenti, seseorang baru dikatakan benar-benar mati kalau grafik EEG sudah flat atau datar yang artinya tidak ada aktivitas lagi di batang otak.

Analisa Psikologi
Sementara itu jika dilihat dari sisi psikologis, psikolog Efine Indrianie, MPsi menuturkan mati suri ini berhubungan dengan otak dan biasanya identik dengan titik balik seseorang.
“Saat mati suri, memori psikologis seseorang direset total jadi nol lagi sehingga mengalami rekonstruksi ulang dari kepribadian seseorang. Biasanya orang-orang yang mengalami mati suri mengalami tahap rekonstruksi ulang dari kepribadiannya ke arah yang lebih baik,” ujar Efnie.
Efnie menuturkan tak sedikit orang saat mati suri melewati tahap yang mana ia menghadapi situasi di alam lain, menerima punishment dari apa yang dia lakukan selama ini. Proses ini menjadi pembelajaran bagi diri seseorang yang memicu traumatis dan membuatnya tidak mau balik lagi ke masa lalu.
“Ketika mati suri seseorang masuk ke fase pembelajaran tahap baru karenanya ia mengalami perubahan dalam perilaku dan personality ke arah yang lebih baik dan juga mengalami perubahan spiritual,” ujar Efnie yang juga dosen psikologi klinis di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Analisa Spiritual
Dalam agama Islam, fenomena mati suri dapat dijelaskan secara rasional. Untuk memahami makna mati suri, terlebih dahulu perlu dipahami makna kematian dan kehidupan dalam konsep Islam.
Dalam Hadits Qudsi, kematian didefinisikan sebagai pintu yang menghubungkan antara dunia dan akhirat. Setiap orang pasti mati dan setiap orang pasti melewati pintu kematian tersebut. Sedangkan kehidupan adalah bergabungnya antara roh dan tubuh atau jasad.
“Ketika ada orang yang mendekati pintu kematian, maka pintu akan terbuka sehingga bisa kelihatan alam transisi, yang disebut alam barzakh atau alam kubur,” jelas DR. H. Asep Usman Ismail, MA, Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta, saat berbincang dengan detikHealth.
Menurut Asep, orang yang mengalami mati suti tidaklah mati karena ia tidak melewati pintu tersebut, melainkan hanya mendekati pintu kematian yang terbuka sehingga bisa melihat aura dari alam kubur.
Prinsipnya, mati suri hampir sama dengan tidur, yaitu ketika satu ujung tali roh masih terikat di tubuh atau jasad.
Asep menjelaskan, dalam konsep Islam roh diibaratkan seperti tali yang memiliki dua ujung dan terikat pada tubuh. Dalam kondisi sadar, berarti kedua ujung tali roh sedang terikat pada tubuh.
Namun pada saat tidur, salah satu ujung tali roh terlepas dari tubuh sehingga memungkinkannya melayang-layang atau sering disebut dengan mimpi.
“Pada saat mati suri, di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa salah satu ujung tali roh terlepas tapi dia masih hidup karena ujung yang lain masih terikat dan itu yang membuatnya bisa kembali hidup lagi. Hampir sama dengan orang tidur,” lanjut Asep, yang juga menjabat sebagai Dewan Pakar Pusat Studi Al Qur’an.
Karena ikatan roh dan tubuh terlepas sebagian, maka orang yang mati suri bisa merasakan pengalaman seperti berada di dunia lain, terbang bebas, melihat terowongan, yang tidak lain adalah mendekati pintu kematian.
“Roh tidak terikat materi jadi bisa berpindah kemana saja. Roh bersifat fleksibel, metafisik. Kalau kedua ikatan roh terlepas dari tubuh, maka orang tersebut baru dinyatakan meninggal. Ini semua bisa dijelaskan secara ma’qul (rasional),” tutup Asep.
Posting Komentar

Posting Komentar