b9XScSiP5uprs4OZDaq3ViZP3v7bKOTFGF0XWHYM
Bookmark

Perbedaan Intoleransi Laktosa Dan Alergi Susu




Intoleransi laktosa (Lactose intolerance) adalah kondisi di mana laktase, sebuah enzim yang diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi dalam masa dewasa. Untuk menguji batas toleransi laktosa dapat dilakukan tes pernafasan hidrogen (hydrogen breath test) atau tes keasaman kotoran (stool acidity test) agar didapatkan diagnosis klinis.

Gejala batas toleransi laktosa yang muncul akibat dari konsumsi laktosa yang terlalu banyak adalah produksi gas yang berlebihan (kentut terus) atau serangan diare. Orang yang memiliki kelainan batas toleransi laktosa dapat meminum sekitar 250 ml susu setiap hari tanpa gejala yang parah. Kebanyakan orang dewasa di dunia adalah menderita batas toleransi laktosa. Sebuah perubahan genetis membuat banyak orang Eropa tetap memproduksi laktosa dalam usia dewasa, namun mereka adalah minoritas.

Orang yang menderita batas toleransi laktosa dapat mengkonsumsi produk-produk bebas-laktosa, misalnya susu kedelai, susu almond dan susu beras.

Batas toleransi laktosa tidak sama dengan alergi susu, yang merupakan reaksi tubuh terhadap protein susu.

Pengertian Alergi
Secara umum yang dimaksud alergi secara medis adalah adanya penolakan tubuh atas masuknya zat asing ke dalam tubuh. Penolakan ini mengakibatkan adanya perubahan pada tubuh yang menandakan reaksi penolakan biasanya berupa mual, muntah maupun gatal-gatal. Pada kasus yang sangat serius alergi dapat menimbulkan hilangnya keseimbangan kerja organ tubuh dan dapat mengakibatkan resiko yang lebih fatal.

Alergi Susu Sapi 
Kasus alergi pada bayi umumnya disebabkan karena bayi menolak adanya protein asing pada tubuhnya. Karena satu-satunya makanan bayi adalah ASI ataupun susu formula maka dapat dipastikan bahwa bayi menderita alergi karena adanya protein asing yang berasal dari susu sapi. Inilah yang kemudian lebih dikenal dengan nama Alergi Susu Sapi.

Umumnya alergi susu sapi ini tidak terjadi pada bayi yang mengkonsumsi ASI secara eksklusif. Kalaupun bayi menderita alergi karena mengkonsumsi ASI, kemungkinan besar alergi ini disebabkan oleh faktor keturunan (80% alergi diturunkan oleh wanita kepada anaknya). Bila ibu menyusui mengkonsumsi produk susu sapi dan turunannya, bayi dapat mengalami alergi.

Alergi susu sapi bagi bayi yang mengkonsumsi susu formula (sufor) sendiri sebetulnya lebih dipicu oleh kurangnya imunitas yang baik pada bayi. Karena kurangnya system imun bayi maka ketika ada protein susu sapi yang asing, secara cepat tubuh bayi mengeluarkan reaksi penolakan atas adanya protein tersebut dengan adanya gejala-gejala/tanda alergi susu sapi.

Gejala Alergi Susu Sapi
Bayi yang alergi terhadap protein susu sapi biasanya mengalami gejala / tanda alergi susu sapi seperti munculnya eksim pada kulit, kulit berwarna merah dan gatal seperti digigit serangga/ulat. Rasa nyeri dan kejang pada perut, sering buang angin, mual, muntah sampai dengan diare. Tidak jarang pula gejala alergi / tanda-tanda alergi susu sapi ini disertai dengan perilaku bayi yang gelisah dan sering mengusap mata maupun menarik telinganya sendiri.

Pada kasus tertentu dapat muncul reaksi alergi seperti munculnya cairan dengan bau tidak sedap dari telinga bayi. Reaksi lain yang umum terjadi adalah munculnya lendir pada saluran pernafasan bayi. Biasanya orang tua akan menjumpai bayinya terserang penyakit seperti batuk dan pilek namun tidak disertai dengan demam. Sebetulnya ini merupakan alergi yang menimbulkan reaksi pada saluran pernafasan berupa lendir.
Posting Komentar

Posting Komentar